Powered By Blogger

Rabu, 26 November 2014

suluk,salik,saloka.

Suluk,Salik,dan Saloka adalah Trinitas.Satu dan lainnya tak saling melemahkan,tak pula saling meninggalkan.Suluk adalah Tarekat,hal-hal tentang adab.Salik adalah Hakekat,yang menyempurnakan akhlak.Saloka adalah Makrifat,budi luhur.Suluk adalah guru,Salik muridnya, dan Saloka adalah ilmu.Guru matahari,murid bumi,dan ilmulah Cahaya yang meneranginya.Jika guru adalah matahari,murid bumi, dan ilmulah cahaya yangmeneranginya,maka jelaslah dari mana asal-muasal cahaya itu.Matahari terdiri atas bola matahari,cahaya matahari,panas matahari,dan sinar matahari.Keempatnya satu dan tak terpisahkan. Ada cahaya,adabayangan. Ada terang,ada gelap.Jika ilmu guru bagi murid ibaratcahaya matahari yang menerangi,jelaslah kedudukan murid.Guru adalah Suluk.Baginya, Saloka adalah bahasa. Dari bahasa lidah hingga bahasa tubuh.Dari komunikasi verbal hingga non-verbal.Guru adalah Suluk.Baginya, Saloka adalah bahasa. Dari bahasa lisan hingga tulisan. Dari perumpamaan [sanepa] hingga yang jelas.Guru adalah Suluk. Baginya, Saloka adalah bahasa.Jelaslah kedudukan guru sebagai yang membacakan, murid yang mendengarkan.Maka, Suluk tiada lain tiada bukan adalah Saloka, bahasa lahir dan batin dari guru, pada muridnya, tentang adab menuju makrifat.Jelaslah bahwa guru hanya mengantar murid hingga Tarekat. Untuk mencapai Ma'rifat,murid harus menjelma jembatan bagi diri sendiri.Jelaslah bahwa guru hanya mengantar murid hingga Tarekat.Untuk mencapai Ma'rifat, murid harus mengalami sendiri fase Hakekat.Adab untuk mencapai Ma'rifat dijalankan oleh murid dengan menyempurnakan akhlak.Menuntun diri sendiri dari gelap menuju cahaya.Perjalanan dari Hakekat menuju Ma'rifat adalah pengalaman sekali seumur hidup.Bagai seutas rambut dibelah tujuh dibelah tujuh lagi.Perjalanan dari Hakekat menuju Ma'rifat adalah pengalaman sekali seumur hidup.Bukan murid yang menentukan mana terhijab mana kasyaf.Ma'rifat adalah pengalaman musyahadah, bukan hasil mujahadah. Semakin menginginkan tajalli, semakin dekat murid pada syirik.Ada cahaya, ada bayangan. Semakin menginginkan tajalli, murid bagai mengejar bayangan sendiri.Semakin lari semakin tak terkejar.Satu-satunya yang harus dilakoni murid terhadap guru, bumi terhadap matahari, adalah berjalan sesuai orbit tawaf. Anti-clockwise.Satu-satunya yang harus dilakoni murid terhadap dirinya sendiri, bumi terhadap dirinya sendiri, adalah berotasi. Clockwise.Titik perjumpaan sekaligus perpisahan antara lingkar Clockwise dan Anti-Clockwise itulah yang disebut titik A'yan Tsabita.Di dalam titik A'yan Tsabita, terkandung Badrul Qudra[titik huruf Ba']. Di dalamnya,tersimpan Lauhil Mahfudz.A'yan Tsabita yang di dalamnya Badul Qudra yang di dalamnya Lauhil Mahfudz itu bersemayam dalam Nur Muhammad.Sampai pada titik ini,berserahlah Sang Hakekat pada daya tarik Sang Ma'rifat.\Nur Muhammad pada Nur Allah.Nur Allah mengandung Ruh Idhafi mengandung Nukat Ghaib mengandung Kun.Perjumpaan sekaligus perpisahan antara Nur Muhammad dan Nur Allah terjadi di titik A'yan Tsabita dan Ruh Idhafi.Itulah titik Jauhar Awal.Titik Jauhar Awal inilah pintu masuk menuju Sejarah Sejati mengenai Hakikat Asal-Muasal Kejadian. Selangkah menuju Alamat Pulang.Demikianlah Suluk, Salik,dan Saloka.Tiada Suluk tanpa Saloka. Tiada Salik tanpa Suluk.Tiada Saloka tanpa Salik.Tidak setiap murid adalah guru, pasti setiap guru adalah murid. Saloka yang mempertemukan dan memisahkan satu dan lainnya.Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin.

source : kultweet SufiKota



Selasa, 18 November 2014

CEPAT BERBURUK SANGKA

Cepat Berburuk Sangka

SAUDARAKU, kita tak jarang mengalami betapa kita terjebak untuk bersikap mutlak-mutlakan ditengah perbedaan pendapat. Ini karena kita amat possesif terhadap pemilikan kita atas pengertian-pengertian kita sendiri. Bagai seorang perawan yang tak mau secuil pun lelaki pujaannya dijelek-jelekkan oleh orang lain. Kita begitu romatik, karena memang pada dasarnya kita begitu mencintai dan bahagia dengan Islam kita. Begitu rupa romantiknya sehingga dalam beberapa hal kita menjadi buta. Kita jadi cepat tersinggung, cepat mangkel, cepat berang dan naik pitam jika sedikit saja hal tentang ‘pacar’ kita itu disentuh orang. Secara rasional kita menjadi tidak objektif. Dan secara spiritual-psikologis kita menjadi tidak dewasa, tidak rendah hati. Keduanya bergabung dan menghasilkan suatu sikap yang tak menyiapkan untuk membuka diri dan menerima kemungkinan-kemungkinan kebenaran baru atas diri kita.

Dalam keadaan begitu kita tanpa sadar, sering melangkahi peringatan Allah, ijtanibuu katsiiron minazh zhonni, inna ba’dhodh zhonni istmun, walaa tajassasuu walaa yaghtab ba’dhukum ba’dhoo. Kita sering cepat berburuk sangka, cepat cenderung mencari hanya kesalahan-kesalahan saudara kita ynag lain. Bahkan ada prototype mentalitas kita yang kurang biasa berbeda dalam berhadapan ini, mendorong kita mengungkapkan perbedaan itu dengan cara ‘yaghtab ba’dhukum ba’dhoo’. Dengan begitu akan gampang terjerumus pula kita untuk tergolong dalam kata-kata Allah ‘yashkor qoumun minqoumin’, sedangkan bisa-bisa saja kaum yang dicerca itu yakuunuu khoiron minhum.

Lebih ‘lucu’ lagi, Saudaraku, didalam saling mencerca itu, masing-masing kita merasa benar, dan sungguh-sungguh dengan khusyu’ menyandarkan kebenaran masing-masing itu ke hadirat Allah, sehingga masing-masing meras innalloha ma’anna. Tidakkah, Saudaraku, engkau pernah menangkap dan merasakan getaran keadaan yang seperti itu ditengah perselisihan faham diantara kita semua? Bahkan ada Saudara kita yang dalam keadaan itu lantas saling mengemukakan kata-kata seperti yang diungkapkan Al Qur’an: …i’maluu ‘alaa makaanatikum innii ‘aamil, wantadhiru inni muntazhirun…, atau …lanaa a’malunaa wa lakum a’maalukum, salamun ‘alaikum laa nabtaghil-jaahilin… atau fanistakbaruu fal-ladziina ‘inda robbika yusabbihuuna bil lili wan-nahaari wa hum laa yas-amuun…, bahkan …idz ja’alalladziina kafaruu fii qulubihimul-hamiyyata hamiyyatal-jaahiliyati fa-anzalallahu sakinatahu ‘alaa rosuulihi wa ‘alal mukminina wa alzamahum kalimatat-taqwa.

Tentu saja, Saudaraku, itu benar. Dan mungkin saja memang diantara beribu pikiran kita atau diantara sikap-sikap hidup kita terdapat unsur kekufuran tertentu (seperti juga silau mata kita yang berlebihan terhadap keduniawian dewasa ini bisa dianggap meng-ilah-kan yang selain Allah); akan tetapi, tentu akan lebih afdhol, apabila kita mengusahakan suatu keterbukaan dan kedewasaan komunikasi, justru untuk membuka kedok kemungkina kekufuran pribadi kita masing-masing dan melenyapkannya. Saudaraku mungkin pernah mendengar aku beberapa kali mengalami berbagai perselisihan faham dengan berbagai kalangan Muslim dalam pentas-pentas atau pembicaraan-pembicaraanku diberbagai tempat, dan aku gagal menemui keinginanku akan keterbukaan dan kedewasaan komunikasi seperti itu. Aku sering berkata kepada saudara-saudara kita: “Jika Saudaraku melihat aku sesat, dan bersedia mengishlah membawaku kepada jalan yang benar, maka alangkah besar rasa syukurku”. Namun, aku justru sering menghadapi berbagai sikap tertutup seperti kuungkapkan diatas: sikap tertutup itu bukan karena Islam, tetapi karena faktor mentalitas, keterbatasan-keterbatasan psikologis. Sampai pada suatu saat aku berkata kepada diriku sendiri: Kalau saja aku ini seorang muallaf, maka dengan menghadapi sikap jumud seperti itu, tak mustahil aku terlempar kembali ke luar Islam. Namun, Alhamdulillah, justru karena itu maka Allah berkenan menganugerahiku tenaga untuk makin mencintai-Nya serta lebih dalam meyelami samudera nilai Islam yang demikian luas dan dalam.

Saudaraku tahu mungkin kemusliman kita ini belum apa-apa dan sungguh masih amat jauh dari yang dikehendaki Allah, karena itu betapa kita semua harus senantiasa siap terbuka atas nilai-nilai kebenaran Islam yang mungkin saja kemarin masih belum kita insyafi. Banyak hal kita ketahui, namun jauh lebih banyak lagi yang belum kita ketahui. Allah telah memaparkan segalanya, tapi barangkali mata kita masih cukup buta dan telinga kita masih agak tuli. Segala yang ‘kita kuasai’ itu pastilah sedzurroh saja dibanding realitas dan nilai yang sesungguhnya yang disediakan oleh Allah Yang Maha Kaya.

Kita semua adalah khalifah fil-ardh, tetapi engkau atau aku bukanlah satu-satunya khalifah. Dan aku kira tidak benarlah apabila kita mempunyai sikap seperti itu: seakan-akan kita adalah langsung mewakili Allah dimana setiap orang musti sependapat dengan kita, betapapun secara subjektif kita amat meyakini dan menganggap luhur keyakinan serta kebenaran pikiran kita sendiri itu. Saudaraku Insya Allah sudah membaca buku Dialog Sunnah Syi’ah: surat-menyurat antara ‘Kyai Sunnah’ asy-Syaikh al-Bisri al-maliki dengan ‘Ulama Jumhur’ as-Sayyid Syarafuddin al-Musawi al-‘Amili itu amat memberi informasi berharga kepada kita tentang percaturan faham yang berbeda antara Sunnah yang mayoritas dan Syi’ah yang minoritas. Akan tetapi yang tak kalah bermaknanya dibanding informasi itu ialah bagamana cara dan watak mereka didalam berdialog. Bagaimana keterbukaan sikap pribadi mereka, seberapa kematangan dan kedewasaan yang menjadi ruh komunikasi antara mereka, betapa tawadhu’ dan rendah hati mereka, serta betapa besar gairah murni untuk sungguh-sungguh mencari kebenaran: tanpa sikap defensif dalam arti emosional, tanpa menonjolkan ‘gengsi’ atau ‘harga diri’ pada proporsi yang tak wajar, atau tanpa etos ‘mempertahankan pendapat secara membabi- buta’ seperti yang sering menjadi watak dari dialog-dialog moderen dewasa ini, yang acapkali terkotak pada dimensi ‘intelektual’ belaka. Semua perwatakan dialog itu tentu saja merupakan ‘dimensi tersembunyi’ dibalik formalitas informasi yang dipaparkan oleh buku tersebut.
Demikianlah, Saudaraku, kita yang masih faqir ini semoga dibimbing oleh Allah untuk menumbuhkan kekayaan-kekayaan seperti itu. Kita Kaum Muslimin Insya Allah akan menyongsong kemenangan, tetapi itu tak bisa tidak harus dimulai dari kesediaan kita semua untuk memerangi berbagai marodhun didalam diri kita sendiri. In dholaltu fainnamaa adhillu ‘alaa nafsii, wa-inihtadaitu fabimaa yuuniya ilayya robbil innahu samii’un qorlib.

EMHA AINUN NAJIB

Senin, 03 November 2014

Tujuh Kalimat Penuh Manfaat


7 KALIMAT penuh manfaat:

(1).Bismillah, setiap akan melakukan sesuatu

(2).Alhamdulillah setelah melakukan sesuatu

(3).Astaqfirrulah, jika melakukan sesuatu yg buruk

(4).Insya Allah, jika merasa akan melakukan sesuatu pd masa mendatang

(5).La haula Wa la Quwata illa Billah, bila tdk bisa melakukan sesuatu agak berat/melihat yg buruk

(6).Inna lillahi Wa inna ilaihi Roji'un, jika menghadapi musibah.

(7). La ilaha illallah, baca siang malam utk memperkuat tauhid.



source : Eramuslim.com

Sabtu, 01 November 2014

Mahatma's Wisdom words



Kata-kata mutiara dari Mahatma Gandhi

1. Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony.
Kebahagiaan adalah ketika apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda katakan, dan apa yang Anda lakukan selaras.

2. Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.
Hiduplah seolah-olah Anda ingin mati besok. belajarlah seolah-olah Anda ingin hidup selamanya.

3. Satisfaction lies in the effort, not in the attainment, full effort is full victory.
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada pencapaian, usaha yang gigih adalah kemenangan yang sempurna.

4. Power is of two kinds. One is obtained by the fear of punishment and the other by acts of love. Power based on love is a thousand times more effective and permanent then the one derived from fear of punishment.
Kekuatan terdiri dari dua jenis. Salah satunya diperoleh karena rasa takut pada hukuman dan yang lainnya dikarenakan cinta. Kekuatan berdasar cinta seribu kali lebih efektif dan permanen dibanding yang berasal dari rasa takut pada hukuman.

5. Strength does not come from physical capacity. It comes from an indomitable will.
Kekuatan tidak berasal dari kapasitas fisik. Itu berasal dari kemauan yang gigih.

6. You must not lose faith in humanity. Humanity is an ocean; if a few drops of the ocean are dirty, the ocean does not become dirty.
Anda tidak harus kehilangan kepercayaan pada kemanusiaan. Kemanusiaan adalah sebuah lautan; jika sedikit bagiannya kotor, lautan tidak akan menjadi kotor.

7. Where there is love, there is life.
Di mana Anda cinta, di situ ada kehidupan.
Itulah tujuh kata-kata Mahatma Gandhi yang sangat menginspirasi. Ketika berdamai itu indah, kenapa harus ada pertumpahan darah. Ketika mencintai itu indah, kenapa harus ada dendam antara manusia.

aku dan nikotin

Wahai diriku....
Masih harus kamu menjadi hamba sahaya yang tak berdaya atas syahwatmu???

Tidakkah kamu mampu memerdekakan dirimu dari perbuatan merokok???....

Padahal rokok itu wahai jiwaku bagimu adalah......


1.sesuatu yang khobits (buruk). Sedangkan Robb-mu di dalam Al Quran mengatakan : ”Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” {QS Al-A’raaf: 157}

2.perbuatan mubadzir.
Sedang Rabb-mu subhanahu wataala telah berfirman : ”Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabb-nya.” {QS Al-Israa’: 26-27).

3.perbuatan yang berlebih-lebihan / melampaui batas.
Sedangkan Alloh subhanahu wataala berfirman : ”Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” {QS Al-’Araaf: 31}

4.perbuatan bunuh diri.
Sedangkan Alloh tabaroka wa ta’ala berfirman : ”Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Alloh adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukannya ke dalam neraka, Yang demikian itu adalah mudah bagi Alloh.” {QS An-Nisa’: 29-30}


5. Melemparkan diri dalam jurang kebinasaan.
Padahal Alloh subhanahu wata’ala  berfirman : ”Dan janganlah kamu  menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang  yang berbuat baik.”{QS Al-Baqoroh: 195} Padahal Alloh subhanahu wata’ala berfirman : ”Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berbuat baik.” {QS Al-Baqoroh: 195}


6. Menimbulkan bahaya.
Sedangkan Rosululloh bersabda : ”Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain.” {HR Malik dalam ”Al-Muwatho” Kitabul Aqdliyah, Kitabul Qodla’ fil Mirfaq (31), Ibnu Majah (2/75-85) dishohihkan dan disepakati oleh Adz-Dzahabi}

wahai diriku...
JIKA MEMBAKAR UANG,DIKATAKAN GILA. LALU APA BEDANYA MEMBAKAR UANG DENGAN MEMBAKAR ROKOK.???

Marilah diriku sendiri,kita berhenti saja dari kesia-siaan ini...bukankah waktu ada akhirnya...dan setiap perbuatan ada hisab nya????




Karawang ,FREEDOM FROM SATAN NICOTINE.

.(SEBUAH CATATAN UNTUK MEMOTIVASI DIRI SENDIRI)